Pekalongan – Dua siswa SD Negeri 1 Podo berinisial A dan F diduga mengalami tindakan tidak semestinya dari guru mereka, setelah sang ibu memiliki tunggakan utang sebesar Rp50 ribu. Peristiwa ini disebut terjadi sekitar satu minggu lalu dan membuat kedua siswa enggan berangkat ke sekolah.
Riski (33), ibu kedua siswa, menjelaskan bahwa ia meminjam uang Rp50 ribu dari guru kelas dan berjanji membayarnya bulan ini. Namun karena kedua anaknya sempat sakit dan harus dirawat di rumah sakit, ia belum dapat melunasi pinjaman tersebut.
“Saya masih punya tanggungan. Janjinya bulan ini, tapi karena anak sakit, saya minta waktu sampai Jumat. Tapi waktu itu anak saya yang bungsu juga sakit,” ujar Riski saat ditemui di RS Muhammadiyah Pekajangan, Senin (17/11/2025).
Riski mengaku meminta anak sulungnya, A (13) yang duduk di kelas 5, untuk menyampaikan bahwa ia belum bisa melunasi utang. Namun, menurutnya, guru tersebut justru beberapa kali mengambil uang saku anak-anaknya.
“Besoknya anak saya pulang marah. Katanya uang sakunya diambil. Kok sampai segitunya, anak sampai tidak bisa jajan,” kata Riski.
Ia menyebut uang saku sebesar Rp5 ribu diambil sebanyak tiga kali, dua kali dari A dan sekali dari F yang masih kelas 3 SD. Tindakan itu membuat A dan F takut ke sekolah.
“Totalnya Rp15 ribu. Besoknya anak saya tidak mau sekolah. Sudah dua hari tidak berangkat,” tuturnya.
Riski mengaku sudah mencoba berkomunikasi dengan pihak sekolah, namun belum dapat bertemu langsung dengan guru bersangkutan.
A, siswa kelas 5, membenarkan bahwa ia dipanggil ke sebuah ruangan sebelum uangnya diambil.
“Pak guru tanya mau dilunasi atau tidak. Saya bilang tidak, karena itu uang jajan. Besoknya saya dipanggil, ternyata tangan beliau masuk ke saku saya dan mengambil uang saya,” ungkap A.
Di sisi lain, guru yang dimaksud, Deni, membantah keras tuduhan pemerasan. Ia menegaskan tidak pernah memaksa siswa menyerahkan uang.
“Aku hanya menanyakan berapa uang sakunya. Lalu aku bilang, kalau ibumu punya utang, ya bisa saja diselesaikan lima hari dari uang saku kalian. Tapi aku tidak meminta. Dia yang menyerahkan sendiri,” jelas Deni saat ditemui di SD Negeri 01 Podo, Selasa (18/11/2025).
Deni menyebut uang tersebut tidak ia gunakan, melainkan ia titipkan kepada kepala sekolah.
“Dia datang ke kelas membawa uang itu. Aku tidak memakainya. Uang itu aku titipkan ke kepala sekolah,” ujarnya.
Ia juga membantah klaim bahwa ibu siswa telah melakukan mediasi dengannya.
“Saya di sekolah terus. Dia tidak pernah datang. Kalau mau mediasi, silakan datang,” katanya.
Deni menuturkan peristiwa itu sebenarnya terjadi sekitar satu bulan lalu, bukan pekan ini seperti yang disebut pihak keluarga.
“Dia janji mau datang hari Kamis bulan lalu, tapi tidak datang. Justru anaknya yang disuruh bicara,” tambahnya.
Deni juga mengaku ibu siswa sempat mendatangi rumahnya sambil membawa anak-anaknya untuk menyampaikan persoalan tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, pihak sekolah belum memberikan pernyataan resmi terkait dugaan tersebut. Kasus ini masih menimbulkan perbedaan versi antara keluarga siswa dan pihak guru, dan menunggu klarifikasi dari pihak sekolah untuk memastikan duduk perkara yang sebenarnya.

